Hampir  setiap kali bicara di telepon, dia menangis ketakutan dikejar rasa  bersalah dan memikirkan para nasabah yang pasti membencinya. "Kali ini,  habislah saya. Mangkok nasi saya sudah terbalik. Saya trauma mau mencari  kerja lagi. Pikiran saya kacau. Kalau ada apa-apa dengan nasabah  gara-gara uangnya di sini nggak balik, matilah saya. Huhuhu... Bagaimana  ya, Pak? Saya yang bujuk nasabah untuk investasi di sini, tapi sungguh  Pak, saya tidak tahu kalau menejemennya amburadul seperti ini. Saya  tidak pernah berniat mencelakai siapapun, tapi hari ini, huhuhu...  justru orang-orang yang percaya kepada saya yang saya celakai." 
Sambil  bercanda, si penerima keluhan menjawab, "Lho, jangan mati dulu dong.  Kalau kamu orang yang bisa dipercaya dan bertanggung jawab, justru harus  tetap hidup dan menghadapi masalah ini. Tunjukkan bahwa kamu tidak akan  lari dan akan membantu menyelesaikannya hingga beres. Jika kamu sudah  maksimal membantu, tetapi nasabah tetap tidak puas (karena rugi besar),  itu risiko yang harus kamu tanggung. Nggak perlu marah-marah sendiri.  Nasabah mau marah dan benci, itu adalah hak mereka. Siapa pun yang  dirugikan sebesar itu, boleh marah kok, sangat manusiawi."  Ia  melanjutkan bicaranya. "Mereka belum tentu membenci kamu secara  pribadi, tetapi situasi yang tidak nyaman menyebabkan harus ada orang  yang bisa dijadikan tempat untuk mereka marah. Ya kamulah orang yang  paling tepat buat sasaran. Tetapi sebenarnya, setiap orang harus  bertanggung jawab pada keputusannya sendiri! Saat nasabah menandatangi  perjanjian, dengan sadar, tidak ada orang yang memaksa dia untuk ikut  kamu kan? Jadi, jika kamu udah mengupayakan semaksimalnya, sisanya  serahkan pada Yang Di Atas. Itu sudah di luar kendalimu. Jangan percaya  kalau ini adalah akhir dunia, alias kiamat. Setiap pekerjaan yang kamu  kerjakan dengan hati dan niat baik, pasti ada jalan yang terbuka. Hari  ini nasabahmu mungkin sekitar 50 orang. Padahal di luar sana masih ada  puluhan orang lain calon nasabah. Nah, ke depan, hati-hati memilih  tempat kerja, teliti dulu. Tegakkan kepala dan bersikaplah optimis  karena hidup harus berlanjut!"
Teman-teman yang luar biasa,
  kita mungkin pernah merugikan orang lain dengan tidak sengaja, hingga  orang lain menderita. Tetapi yang paling utama adalah kita sadar secara  tulus bahwa kita tidak ada hati secara sengaja untuk merugikan orang  lain. Selain itu, kita harus berani bertanggung jawab, membantu, dan  menghadapi situasi itu sampai tuntas.
Seorang ilmuwan besar Albert Einstein (1879-1955) mengatakan, "The price of greatness is responsibility"  (harga sebuah kebesaran ada di tanggung jawab). Mempunyai rasa tanggung  jawab adalah mutiara kehidupan. Dengan rasa tanggung jawab yang besar,  kita ambil hikmah dan pelajaran pahit, serta tetap berani berjalan ke  depan dengan optimis aktif!
Sumber : http://dunia-motivasi.blogspot.com 

0 komentar:
Posting Komentar